Sabtu, 28 Januari 2017

Belajar dari tiga pengendara, termasuk manakah anda?

بِسْــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم



Belajar dari tiga pengendara, termasuk manakah anda?


Manusia sebagai mahluk yang diciptakan dengan akal, tentu dapat mengambil hikmah dan pembelajaran atas setiap kejadian yang ada disekitarnya, diantaranya pada pengendara motor yang sering dijumpai, pertanyaannya adalah pembelajaran apa yang dapat diambil darinya? Berikut tiga pengendara tersebut:

Pengendara A
Suatu ketika, seorang pengendara motor (A) ingin menuju suatu tempat di kota Jakarta, namun ia mengalami kesulitan menuju alamat yang ditujunya. Maka ia pun berusaha mencarinya sendiri, dengan menelusuri setiap lini jalan kota, namun akhirnya ia tidak pernah menemukan alamat yang di carinya.

Pengendara B
Suatu ketika, seorang pengendara motor (B) ingin menuju suatu tempat di kota Jakarta, namun ia mengalami kesulitan menuju tempat yang ditujunya. Akhirnya ia pun bertanya, pada seorang anak muda dan mencukupkan diri pada jawabannya. Setelah diberitahu oleh anak muda itu, akhirnya pengendara tersebut melanjutkan perjalanannya, namun akhirnya ia tersesat dan tidak pernah menemukan jalan yang ditujunya.

Pengendara C
Suatu ketika, seorang pengendara motor (C) ingin menuju suatu tempat di kota Jakarta, namun ia mengalami kesulitan menuju tempat yang ditujunya. Tapi sebelum pergi menuju tempat yang ditujuinya, pengendara tersebut telah mempelajari jalan raya (protokol) menuju alamat yang dicarinya. Namun, pengendara tersebut belum pula menemukan alamat yang ditujunya, oleh karena itu pengendara tersebut bertanya pada warga sekitar.
Namun, pengendara tersebut  masih belum menemukan alamat yang ditujunya, maka ia pun menjalankan kendaraannya dan kembali bertanya pada warga lain hingga beberapa kali, hingga akhirnya ia berhasil menemukan alamat yang ditujunya.


Ketiga pengendara diatas merupakan bentuk permisalan sederhana mengenai potret kehidupan, ketika menyikapi “ketidak tahuan” pada diri seseorang. Jika kita melihat permisalan di atas, tentu terdapat pembelajaran dari ketiga pengendara tersebut.

Pembelajaran Pengendara A dan B

Jika kita melihat kedua pengendara tersebut, maka “pengendara A” merupakan contoh dari “kebodohan dan kesombongan”, mengapa?

Karena setiap orang yang menutup diri dari pembelajaran, maka ia adalah mahluk yang bodoh dan tentu karena merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, ia termasuk orang yang sombong, karena salah satu do’a yang Allah perintahkan kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam adalah meminta tambahan ilmu,
sebagaimana dalam firman Nya,
dalam Al-Quran Surat Tho-ha ayat 114 yang artinya:

“ Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".

Dan untuk “pengendara B” ia merupakan contoh dari “fanatisme buta yang terkurung dalam batasan tembok”, pengendara B jika dibandingkan dengan pengendara A, tentu ia lebih baik darinya.

Namun keurangan pengendara tersebut ialah membatasi diri pada satu sumber ilmu, tentu kita semua mengetahui bahwa para ‘Ulama di zaman dahulu memiliki banyak guru, dan tidak membatasi ilmu pada seseorang, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, serta dapat benar dan salah.

Dan orang yang membatasi ilmu, sejatinya ia telah membangun tembok penjara untuk dirinya, sehingga terkungkung dalam kebodohan dan biasanya sulit menerima kebenaran ~semoga Allah lindungi kita dari sikap fanatik buta~

Pembelajaran Pengendara C

Pengendara ini merupakan pengendara yang cerdas,
karena ia tidak membatasi ilmu dan juga terus berusaha mempelajari ilmu dan mengamalkannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu Allah itu luas,
dan tentu orang yang membatasi ilmu Allah adalah orang bodoh.
Maka tentu orang yang senantiasa mempelajari ilmu karena Nya adalah orang yang cerdas, karena dengan ilmu teranglah yang sebelumnya gelap, dan jelaslah antara halal dan haram, yang haq dan batil, dan sebagainya.

Hikmah:

1. Bertanya dan belajar pada ahlinya, agar selamat dan tidak tersesat,  karena pandai berbicara saja tidak cukup, bila yang dikatakan bukan ahlinya.

2.  Jika dalam hal sederhana saja (misalnya mencari alamat, dll) kita harus bertanya saat tidak mengetahuinya, maka tentulah menjadi lebih wajib bagi kita untuk bertanya tentang “perkara agama” yang tidak kita ketahui (tentu, bertanya pada yang ahli dibidangnya~ penj), karena kebodohan dapat menjerumuskan pada kemaksiatan.

3. Terus belajar dan tidak membatasi diri pada pendapat seseorang, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal ilmu, pemahaman dan sebagainya, sehingga kita perlu belajar pada orang lain untuk melengkapinya. Terutama dalam mempelajari ilmu agama, ~semoga Allah mudahkan jalan bagi kita mempelajari ilmu agama Nya yang haq dan mengamalkannya, aaminnnn~

4.  Terus berjuang, berusaha dan berdoa, karena hambatan untuk kebaikan akan selalu datang, baik dari dalam dan luar diri, maka kita harus terus berjuang, berusaha dan berdoa pada Nya ketika mempelajari ilmu (terutama ilmu Agama)

Mungkin itulah beberapa pembelajaran dan hikmah yang dapat diambil, dan tentu pembaca semua dapat menambahkan sendiri” pembelajaran dan hikmah” yang dijelaskan di tulisan kali ini, semoga bermanfaat. Dan kita semua berharap agar dimudahkan dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu agama Nya. aaaminnnn.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 43:

“........ maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui”


Lihat keutamaan menuntut ilmu syar’i (disini)

Wallahu A’lam.


_______________________


Diperbarui:
Ahad, 1 jummadil awwal 1438 H/
29 Januari 2017

Depok, Jawa Barat


EmoticonEmoticon

Entri Populer